Lihatlah daftar 10 (sepuluh) orang terkaya di dunia tahun 2012 versi FORBES, (1). Carlos Slim Helu and Family dari Meksiko, dengan kekayaan USD 69 milliar. (2). Bill Gates, Microsoft group, dengan kekayaan USD 61 milliar. (3). Warren Buffet, pemilik Berkshire Hathaway, dengan kekayaan USD 44 milliar. (4). Chairman Louis Vuittin Moet Hennessy Bernard Arnault, dari Prancis, pemilik Louis Vuitton, Bulgari, dll, dengan kekayaan USD 41 milliar. (5). Amancio Ortega, Inditex group, dengan kekayaan USD 37,5 milliar. (6). Larry Ellison, pendiri Oracle, dengan kekayaan USD 36 milliar. (7). Eike Batita, pengusaha minyak dan tambang asal Brasil, dengan kekayaan USD 30 milliar. (8). Stefan Persson, pendiri H&M, dengan kekayaan USD 26 milliar. (9). Li Ka-shing, chairman Hutchison Whampoa Limited, dengan kekayaan USD 25,56 milliar dan 270 ribu karyawan di 53 negara. (10). Karl Albrecht, pengusaha Jerman pemilik Aldi Sud, dengan kekayaan USD 25,4 milliar serta 4500 gerai supermarket.
Bagaimana dengan kondisi Indonesia, siapa 10 (sepuluh) orang terkaya tahun 2012 versi FORBES, dimana posisinya pada daftar orang terkaya di dunia, (1). R. Budi dan Michael Hartono, dengan kekayaan USD 15 milliar. (2). Eka Tjipta Widjaja dan Keluarga, dengan kekayaan USD 7,7 milliar. (3). Susilo wonowidjojo dan keluarga, dengan kekayaan USD7,4 milliar. (4). Anthoni Salim dan keluarga, dengan kekayaan USD 5,2 milliar. (5). Chairul Tanjung, dengan kekayaan USD 3,4 milliar. (6). Sri Prakash Lohia, dengan kekayaan USD 3 milliar. (7). Sukanto Tanoto, dengan kekayaan USD 2,8 milliar. (8). Peter Sondakh, dengan kekayaan USD 2,6 milliar. (9). Boenjamin Setiawan dan keluarga, dengan kekayaan USD 2,35 milliar. (10). Putera Sampoerna dan keluarga, dengan kekayaan 2,3 milliar.
Dari nama yang dipublikasikan FORBES, terdapat satu orang pengusaha muslim yaitu Chairul Tanjung. Muncul pertanyaan untuk direnungkan, mengapa dalam jajaran 10 (sepuluh) pengusaha top dunia tidak ada yang muslim?, mengapa dalam jajaran 10 (sepuluh) pengusaha top Indonesia hanya satu orang yang muslim?, bukankah saat ini umat Islam jumlahnya nomor 2 (dua) terbanyak didunia, bukankah Islam mayoritas di Indonesia. Sewajarnyalah sebagian besar pengusaha top di Indonesia adalah muslim.
Dari nama yang dipublikasikan FORBES, terdapat satu orang pengusaha muslim yaitu Chairul Tanjung. Muncul pertanyaan untuk direnungkan, mengapa dalam jajaran 10 (sepuluh) pengusaha top dunia tidak ada yang muslim?, mengapa dalam jajaran 10 (sepuluh) pengusaha top Indonesia hanya satu orang yang muslim?, bukankah saat ini umat Islam jumlahnya nomor 2 (dua) terbanyak didunia, bukankah Islam mayoritas di Indonesia. Sewajarnyalah sebagian besar pengusaha top di Indonesia adalah muslim.
Menarik untuk kita renungkan...
Tulisan ini tidak bermaksud mengungkit-ngungkit ketidakadilan peta persaingan yang tidak sempurna, karena mustahil mencari kesempurnaan di dunia ini, yang ada adalah kekuatan dan kecerdasan dalam memanfaatkan peluang ditengah ketidak sempurnaan yang terjadi. Tulisan ini mengajak mendiskusikan persoalan yang tidak simetris, untuk menarik banyak pelajaran dari fenomena yang terjadi, sehingga kedepan umat Islam lebih maju, sambil memformulasikan mimpi kejayaan umat Islam tanpa menciptakan ketidak adilan bagi umat lainnya, akhirnya izzah umat Islam semakin terasa dan maslahat bagi alam semesta. Amin ya robbil alamin.
Mungkinkah, terdapat cara pandang yang kurang tepat dan mind set umat Islam terhadap kekayaan, masihkah kita membuat jarak antara pribadi yang sholeh dengan kekayaan, sama halnya saat awal dakwah masuk ke Indonesia dipersepsikan bahwa orang yang modern dan berpendidikan adalah orang yang Islamnya biasa saja (awam) dan perempuannya tidak berjilbab. Sekarang persepsi itu mampu dibalikkan oleh aktivis dakwah yang tidak pernah berhenti bekerja dan beramal, walau apapun rintangannya.
Masihkah menancap dengan kuatnya, bahwa pengusaha sukses adalah orang yang bergelimang harta dan belum tentu halal, orang yang banyak harta adalah orang yang susah memastikan hartanya bersumber dari sumber yang halal dan susah dipertanggung jawabkan, singkatnya kalau anda ingin sholeh dan tenang dalam menjalani kehidupan, maka ngak usah memaksakan diri dalam mengejar kekayaan, anda cukup beribadah sebanyak-banyaknya untuk persiapan akhirat. Benarkah orang kaya tidak bisa beribadah dengan tenang dan banyak?
Sepertinya, ada dikotomi yang belum tentu benar antara kesholehan dengan kekayaan, menjadi wajar seseorang yang sholeh jika hanya hidup seadanya. Serta muncul persepsi kalau ada orang yang sholeh hidup berkecukupan, tinggal di kawasan elit, mobilnya mewah, mempunyai villa, resort, hotel, bahkan mempunyai jet pribadi, dan seterusnya, maka perlu dicurigai.
Cobalah berfikir obyektif dan tetap kritis, apakah tidak boleh, sebagai seorang muslim yang baik dan saat yang sama sebagai seorang pengusaha yang sukses yang mempunyai kekayaan top dunia?, bukankah seharusnya kita bangga jika umat Islam yang sholeh dan taatlah yang diamanahkan kekayaan, sehingga alokasi dan distribusi kekayaannya adil dan menentramkan banyak orang, bukankah ini gambaran ideal yang perlu ditanamkan ke generasi penerus.
Belajar dari Generasi Terdahulu
Telusurilah perjalanan Rasulullah dan sahabat, dengan mudah kita menemukan bahwa Rasulullah sendiri adalah seorang yang mempunyai harta yang tidak sedikit, begitu pula para sahabat, seperti Abu Bakar ra, Umar bin Khattab ra, Usman bin Affan ra, Abdurahman bin Auf ra, dan sahabat lainnya, mereka adalah sahabat nabi yang tidak diragukan lagi kemantapan aqidah Islamnya, namun saat yang sama mereka adalah pribadi-pribadi dengan kekayaan berlimpah, dan dengan kekayaan tersebutlah dakwah Islam dikembangkan sampai kepenjuru dunia.
Seberapa besar kekayaan yang dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW dan sahabat?, berikut saya tampilkan beberapa data kekayaan Rasulullah dan sahabat, yang saya konversi dengan nilai kekinian, dengan maksud memudahkan untuk memvisualisasikan besarnya harta kekayaan Nabi Muhammad SAW dan para sahabat:
a. Nabi Muhammad SAW
Berdasarkan Ekonografi Nabi Muhammad SAW, pada umur 12 tahun beliau sudah aktif sebagai eksportir ke Syam. Di usia 17-19 tahun beliau sudah menjadi pengusaha yang mandiri, beranjak ke usia 22 tahun beliau sudah sangat terkenal di jazirah Arab sebagai seorang profesional. Umur 25 tahun beliau menikah, menjelang usia kenabian beliau mendapat gelar pengusaha terpercaya (al-amin), tokoh arbitrer dan konsultan perdagangan internasional, bentuk pengakuan "sertifikasi" paling prestisius di zamannya. Bahkan beliau sudah berbisnis sampai ke 17 negara.
Beberapa data yang ditemukan terkait kekayaan nabi Muhammad SAW, didasarkan data Abu Faris (1997), beliau memberikan mahar kepada Khadijah sebanyak 20 ekor unta (Rp. +/- 200 juta) dan 12 uqiyah emas (Rp.+/- 217 juta). Nabi Muhammad SAW pernah membagikan lebih dari 1500 ekor unta (Rp.15 milliar) kepada beberapa orang Quraisy sesudah perang Hunain. nabi Muhammad SAW juga pernah menerima 90.000 dirham (Rp. 6,3 milliar), dan uang tersebut dibagikan kepada orang sampai habis.
Syuaibi mencatat beliau membagikan al-kutaibah (pemberian rutin) kepada kerabat dan istri-istrinya beliau, sebagai berikut: kepada Fatimah 200 wasaq, Ali bin Abi Thalib 100 wasaq, Usamah bin Zaid 250 wasaq, Aisyah 200 wasaq, Jafar bin Abi Thalib 50 wasaq, Rabiah bin Harits bin Abdil Muthallib 100 wasaq, Abu bakar 100 wasaq, Aqil bin Abi Thalin 140 wasaq, Bani Jafar 140 wasaq, untuk sekelompok orang dan istri-istrinya 700 wasaq.
b. Abu Bakar ra
Ibnu Umar ra menceritakan, diawal keIslaman Abu Bakar menghabiskan dana sekitar 40.000 dirham untuk memerdekakan budak. Jika harga 1 dirham perak saat ini Rp. 70.000,- artinya yang dibayarkan Abu bakar ra untuk memerdekakan budak sebesar 40.000 x Rp. 70.000,- = Rp. 2,8 milliar. Ketika Abu Bakar ra, berkeinginan membebaskan Bilal ra, dari perbudakan, tuannya Umaiyah bin Khalaf mematok harga 9 uqiyah emas, 1 uqiyah emas senilai 31,7475 gr emas, atau setara dengan 7,4 dinar emas. Saat ini harga 1 dinar emas = Rp. 2.454.000,-, berarti uang yang dikeluarkan Abu Bakar ra, adalah (9 x 7,4 x Rp. 2.454.000,-) = Rp. 163.436.400,-.
c. Umar bin Khattab ra.
Didalam kitab Jami' Bayyanil Ilmi wa fadlih, karangan Ibnu Abdil Barr, menerangkan bahwa Umar bin Khattab ra, telah mewasiatkan 1/3 hartanya yang nilainya melebihi nilai 40.000 (dinar atau dirham), atau totalnya melebihi 120.000 (dinar atau dirham). Dengan demikian total kekayaan Umar bin Khattab jika dinilai dengan kurs saat ini adalah dalam dirham Rp. 8,4 milliar, sedangkan dalam dinar Rp. +/- 294 milliar.
d. Ustman bin Affan ra
Saat perang Tabuk beliau menyumbang 300 ekor unta (+/- Rp. 3 milliar), serta dana sebesar 1.000 dinar emas (Rp. +/- 2,4 milliar), Ubaidullah bin Utbah memberitakan, ketika terbunuh Ustman bin Affan ra, masih mempunyai harta yang disimpan penjaga gudangnya, yaitu 30.500.000 dirham (Rp. 2.135 trilliun), dan 100.000 dinar (Rp. 245,4 milliar).
e. Abdurrahman bin Auf ra
Ketika menjelang perang Tabuk, Abdurrahman bin Auf ra, mempelopori dengan menyumbang dana sebesar 200 uqiyah emas (Rp.+/- 3,6 milliar), menjelang wafatnya beliau mewasiatkan 50.000 dinar (+/- Rp. 122,7 milliar) untuk infaq fi sabilillah. dari Ayyub (As-syaktiani) dari Muhammad (bin sirrin) memberitakan, ketika Abdurahman bin Auf ra wafat, beliau meninggalkan 4 istri. Seorang istri mendapatkan dari 1/8 warisan sebesar 30.000 dinar emas (Rp. 73,62 milliar), dengan demikian keseluruhan istrinya memperoleh 4 x 30.000 = 120.000 dinar emas (Rp. 294,480 milliar). Maka total warisan yang ditinggalkan oleh Abdurahman bin Auf ra adalah sebesar 960.000 dinar emas (Rp. 2,355 triliun).
Luar biasa bukan, dan realitas saat ini juga menuntut arah yang sama, masuknya generasi dakwah pada tahapan dakwah yang lebih lanjut, menumbuhkan kesadaran bersama bahwa dakwah Islam membutuhkan back up kekayaan, agar mampu bersanding dan bertanding dengan kebathilan yang menghadang.
Semakin tinggi tingkat pemahaman yang diejawantahkan dalam aplikasi keseharian terhadap Islam, berimplikasi terhadap semakin tingginya kebutuhan kekayaan, dan sebaliknya, jika pemahaman keIslaman hanya pada tataran pribadi, maka bisa jadi kekayaan, hanya untuk kebutuhan pribadi dan keluarga, namun jika pemahaman Islam semakin baik, maka muncul kepedulian terhadap tetangga, masyarakat, bangsa, negara, bahkan dunia, dan itu semua berimplikasi dibutuhkan kekayaan untuk menopangnya.
Dengan demikian, marilah kita sama-sama menyadari bahwa pentingnya menyeru umat Islam untuk menjadi umat yang kaya raya sama pentingnya dengan upaya yang sistematis dalam membangun aqidah umat, atau tidak perlu dipertentangkan, dan keduanya berjalan beriringan, sehinga mobilitas horizontal dan vertikal dakwah umat Islam semakin maksimal. Akhirnya cita-cita generasi yang dibentuk oleh generasi dakwah saat ini, tidak hanya mempunyai cita-cita menjadi dokter, insinyur, profesor,...juga dokter yang pengusaha (misal punya rumah sakit), insinyur yg pengusaha (misal punya pabrik automotif), profesor yang pengusaha (misal punya perusahaan yang selaras dengan riset sang profesor),......Amin ya robbil alamin.
Tulisan ini tidak bermaksud mengungkit-ngungkit ketidakadilan peta persaingan yang tidak sempurna, karena mustahil mencari kesempurnaan di dunia ini, yang ada adalah kekuatan dan kecerdasan dalam memanfaatkan peluang ditengah ketidak sempurnaan yang terjadi. Tulisan ini mengajak mendiskusikan persoalan yang tidak simetris, untuk menarik banyak pelajaran dari fenomena yang terjadi, sehingga kedepan umat Islam lebih maju, sambil memformulasikan mimpi kejayaan umat Islam tanpa menciptakan ketidak adilan bagi umat lainnya, akhirnya izzah umat Islam semakin terasa dan maslahat bagi alam semesta. Amin ya robbil alamin.
Mungkinkah, terdapat cara pandang yang kurang tepat dan mind set umat Islam terhadap kekayaan, masihkah kita membuat jarak antara pribadi yang sholeh dengan kekayaan, sama halnya saat awal dakwah masuk ke Indonesia dipersepsikan bahwa orang yang modern dan berpendidikan adalah orang yang Islamnya biasa saja (awam) dan perempuannya tidak berjilbab. Sekarang persepsi itu mampu dibalikkan oleh aktivis dakwah yang tidak pernah berhenti bekerja dan beramal, walau apapun rintangannya.
Masihkah menancap dengan kuatnya, bahwa pengusaha sukses adalah orang yang bergelimang harta dan belum tentu halal, orang yang banyak harta adalah orang yang susah memastikan hartanya bersumber dari sumber yang halal dan susah dipertanggung jawabkan, singkatnya kalau anda ingin sholeh dan tenang dalam menjalani kehidupan, maka ngak usah memaksakan diri dalam mengejar kekayaan, anda cukup beribadah sebanyak-banyaknya untuk persiapan akhirat. Benarkah orang kaya tidak bisa beribadah dengan tenang dan banyak?
Sepertinya, ada dikotomi yang belum tentu benar antara kesholehan dengan kekayaan, menjadi wajar seseorang yang sholeh jika hanya hidup seadanya. Serta muncul persepsi kalau ada orang yang sholeh hidup berkecukupan, tinggal di kawasan elit, mobilnya mewah, mempunyai villa, resort, hotel, bahkan mempunyai jet pribadi, dan seterusnya, maka perlu dicurigai.
Cobalah berfikir obyektif dan tetap kritis, apakah tidak boleh, sebagai seorang muslim yang baik dan saat yang sama sebagai seorang pengusaha yang sukses yang mempunyai kekayaan top dunia?, bukankah seharusnya kita bangga jika umat Islam yang sholeh dan taatlah yang diamanahkan kekayaan, sehingga alokasi dan distribusi kekayaannya adil dan menentramkan banyak orang, bukankah ini gambaran ideal yang perlu ditanamkan ke generasi penerus.
Belajar dari Generasi Terdahulu
Telusurilah perjalanan Rasulullah dan sahabat, dengan mudah kita menemukan bahwa Rasulullah sendiri adalah seorang yang mempunyai harta yang tidak sedikit, begitu pula para sahabat, seperti Abu Bakar ra, Umar bin Khattab ra, Usman bin Affan ra, Abdurahman bin Auf ra, dan sahabat lainnya, mereka adalah sahabat nabi yang tidak diragukan lagi kemantapan aqidah Islamnya, namun saat yang sama mereka adalah pribadi-pribadi dengan kekayaan berlimpah, dan dengan kekayaan tersebutlah dakwah Islam dikembangkan sampai kepenjuru dunia.
Seberapa besar kekayaan yang dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW dan sahabat?, berikut saya tampilkan beberapa data kekayaan Rasulullah dan sahabat, yang saya konversi dengan nilai kekinian, dengan maksud memudahkan untuk memvisualisasikan besarnya harta kekayaan Nabi Muhammad SAW dan para sahabat:
a. Nabi Muhammad SAW
Berdasarkan Ekonografi Nabi Muhammad SAW, pada umur 12 tahun beliau sudah aktif sebagai eksportir ke Syam. Di usia 17-19 tahun beliau sudah menjadi pengusaha yang mandiri, beranjak ke usia 22 tahun beliau sudah sangat terkenal di jazirah Arab sebagai seorang profesional. Umur 25 tahun beliau menikah, menjelang usia kenabian beliau mendapat gelar pengusaha terpercaya (al-amin), tokoh arbitrer dan konsultan perdagangan internasional, bentuk pengakuan "sertifikasi" paling prestisius di zamannya. Bahkan beliau sudah berbisnis sampai ke 17 negara.
Beberapa data yang ditemukan terkait kekayaan nabi Muhammad SAW, didasarkan data Abu Faris (1997), beliau memberikan mahar kepada Khadijah sebanyak 20 ekor unta (Rp. +/- 200 juta) dan 12 uqiyah emas (Rp.+/- 217 juta). Nabi Muhammad SAW pernah membagikan lebih dari 1500 ekor unta (Rp.15 milliar) kepada beberapa orang Quraisy sesudah perang Hunain. nabi Muhammad SAW juga pernah menerima 90.000 dirham (Rp. 6,3 milliar), dan uang tersebut dibagikan kepada orang sampai habis.
Syuaibi mencatat beliau membagikan al-kutaibah (pemberian rutin) kepada kerabat dan istri-istrinya beliau, sebagai berikut: kepada Fatimah 200 wasaq, Ali bin Abi Thalib 100 wasaq, Usamah bin Zaid 250 wasaq, Aisyah 200 wasaq, Jafar bin Abi Thalib 50 wasaq, Rabiah bin Harits bin Abdil Muthallib 100 wasaq, Abu bakar 100 wasaq, Aqil bin Abi Thalin 140 wasaq, Bani Jafar 140 wasaq, untuk sekelompok orang dan istri-istrinya 700 wasaq.
b. Abu Bakar ra
Ibnu Umar ra menceritakan, diawal keIslaman Abu Bakar menghabiskan dana sekitar 40.000 dirham untuk memerdekakan budak. Jika harga 1 dirham perak saat ini Rp. 70.000,- artinya yang dibayarkan Abu bakar ra untuk memerdekakan budak sebesar 40.000 x Rp. 70.000,- = Rp. 2,8 milliar. Ketika Abu Bakar ra, berkeinginan membebaskan Bilal ra, dari perbudakan, tuannya Umaiyah bin Khalaf mematok harga 9 uqiyah emas, 1 uqiyah emas senilai 31,7475 gr emas, atau setara dengan 7,4 dinar emas. Saat ini harga 1 dinar emas = Rp. 2.454.000,-, berarti uang yang dikeluarkan Abu Bakar ra, adalah (9 x 7,4 x Rp. 2.454.000,-) = Rp. 163.436.400,-.
c. Umar bin Khattab ra.
Didalam kitab Jami' Bayyanil Ilmi wa fadlih, karangan Ibnu Abdil Barr, menerangkan bahwa Umar bin Khattab ra, telah mewasiatkan 1/3 hartanya yang nilainya melebihi nilai 40.000 (dinar atau dirham), atau totalnya melebihi 120.000 (dinar atau dirham). Dengan demikian total kekayaan Umar bin Khattab jika dinilai dengan kurs saat ini adalah dalam dirham Rp. 8,4 milliar, sedangkan dalam dinar Rp. +/- 294 milliar.
d. Ustman bin Affan ra
Saat perang Tabuk beliau menyumbang 300 ekor unta (+/- Rp. 3 milliar), serta dana sebesar 1.000 dinar emas (Rp. +/- 2,4 milliar), Ubaidullah bin Utbah memberitakan, ketika terbunuh Ustman bin Affan ra, masih mempunyai harta yang disimpan penjaga gudangnya, yaitu 30.500.000 dirham (Rp. 2.135 trilliun), dan 100.000 dinar (Rp. 245,4 milliar).
e. Abdurrahman bin Auf ra
Ketika menjelang perang Tabuk, Abdurrahman bin Auf ra, mempelopori dengan menyumbang dana sebesar 200 uqiyah emas (Rp.+/- 3,6 milliar), menjelang wafatnya beliau mewasiatkan 50.000 dinar (+/- Rp. 122,7 milliar) untuk infaq fi sabilillah. dari Ayyub (As-syaktiani) dari Muhammad (bin sirrin) memberitakan, ketika Abdurahman bin Auf ra wafat, beliau meninggalkan 4 istri. Seorang istri mendapatkan dari 1/8 warisan sebesar 30.000 dinar emas (Rp. 73,62 milliar), dengan demikian keseluruhan istrinya memperoleh 4 x 30.000 = 120.000 dinar emas (Rp. 294,480 milliar). Maka total warisan yang ditinggalkan oleh Abdurahman bin Auf ra adalah sebesar 960.000 dinar emas (Rp. 2,355 triliun).
Luar biasa bukan, dan realitas saat ini juga menuntut arah yang sama, masuknya generasi dakwah pada tahapan dakwah yang lebih lanjut, menumbuhkan kesadaran bersama bahwa dakwah Islam membutuhkan back up kekayaan, agar mampu bersanding dan bertanding dengan kebathilan yang menghadang.
Semakin tinggi tingkat pemahaman yang diejawantahkan dalam aplikasi keseharian terhadap Islam, berimplikasi terhadap semakin tingginya kebutuhan kekayaan, dan sebaliknya, jika pemahaman keIslaman hanya pada tataran pribadi, maka bisa jadi kekayaan, hanya untuk kebutuhan pribadi dan keluarga, namun jika pemahaman Islam semakin baik, maka muncul kepedulian terhadap tetangga, masyarakat, bangsa, negara, bahkan dunia, dan itu semua berimplikasi dibutuhkan kekayaan untuk menopangnya.
Dengan demikian, marilah kita sama-sama menyadari bahwa pentingnya menyeru umat Islam untuk menjadi umat yang kaya raya sama pentingnya dengan upaya yang sistematis dalam membangun aqidah umat, atau tidak perlu dipertentangkan, dan keduanya berjalan beriringan, sehinga mobilitas horizontal dan vertikal dakwah umat Islam semakin maksimal. Akhirnya cita-cita generasi yang dibentuk oleh generasi dakwah saat ini, tidak hanya mempunyai cita-cita menjadi dokter, insinyur, profesor,...juga dokter yang pengusaha (misal punya rumah sakit), insinyur yg pengusaha (misal punya pabrik automotif), profesor yang pengusaha (misal punya perusahaan yang selaras dengan riset sang profesor),......Amin ya robbil alamin.
sumber: www.okezone.com, www.republikaonline.com, www.masterfajar.com, www.wakalanusantara.com, fb: muallaf center indonesia, syariahmaqasid.blogspot.com, dan sumber lainnya.