Kamis, 15 Juni 2017

Ramadhan dan Entrepreneurship

Oleh: Jaharuddin
Saat ramadhan ini, kita dengan mudahnya melihat bermunculannya para pedagang dadakan. bagi saya ini menarik,  apakah ada hubungannya antara ramadhan dengan semangat entrpreneurship?, apa motif pedagang dadakan ini?, adakah hubungan antara keimanan dan entrepreneurship?
yuk satu persatu kita ulas.

Hubungan ramadhan dan entrepreneurship
pertanyaan dasarnya, adalah apakah para pedagang dadakan tersebut entrepreneurship?. entrepreneurship mensyaratkan "pertumbuhan" dalam usaha yang digelutinya, maknanya yang dikatakan entrepreneurship adalah orang yagn secara konsiten menjalan usaha, dan dari hari kehari, pekan ke pekan, tahun ke tahun, terdapat pertumbuhan dari usaha yang dia kelola.  Dengan pengertian ini, maka pedagang yang hanya berdagang saat ramadhan saja, berarti tidak pada kategori entrepreneur. Namun paling tidak bibit-bibit entrepreneruship telah disemai dan ditumbuhkan dengan baik melalui ramadhan.

Lantas, apa sebenarnya motif bermunculannya para pedagang dadakan saat ramadhan?, ini perlu diadakan penelitian, dan ada satu kelompok mahasiswa saya sedang melakukan penelitian tentang motif ini. Dugaan kemungkinan motifnya adalah meningkatnya keinginan dan kebutuhan masyarakat terhadap produk dan jasa yang terkait ramadhan dan idul fitri saat bulan ramadhan.

Budaya ngabuburit salah salah satu faktor pendukung tumbuh suburnya fenomena pedagang dadakan selama bulan ramadhan. ngabuburit adalah jalan-jalan menjelang berbuka, nah salah satu aktivitas yang timbul dari jalan-jalan santai menunggu waktu berbuka ini adalah, budaya membeli kebutuha yang terkait dengan persiapan berbuka puasa.

Tingginya permintaan inilah yang pada akhirnya mendorong munculnya penawaran produk dan jasa, sebutlah kolak, gorengan, es buah, kurma, kue tradisional, dan berbagai produk dan jasa lainnya. akhirnya disepanjang jalan bermunculan aneka macam makanan dan minuman yang memanjakan para pembeli.

Fenomena selanjutnya adalah kenapa pembeli mempunyai daya beli yang tinggi saat ramadhan tiba, kalau dikatakan karena ada THR, ini benar jika mulai THR di bayarkan, namun fenomea semaraknya pedagang dadakan itu telah dimulai sejak awal ramadhan. bisa jadi ini adalah bentuk kebahagiaan yang Allah berikan kepada umatnya yang sedang beribadah, secara ilahiah meningkatnya keimanan selama bulan ramadhan melahirkan pribadi-pribadi yang bahagia dan Allah membukakan pintu rezeki dan penghasilan lebih, atau lebih tepatnya daya beli lebih sehingga mampu membeli keinginan dan kebutuhannya saat ramadhan menghampiri.

Maka dalam perspektif keimanan, kita meyakini bahwa keimanan yang bertambah akan mempermudah segala sesuatu, termasuk rezeki baik banyaknya maupun kualitasnya, karena muslim percaya bahwa Allahlah sang pemberi rezeki. Masing-masing kita mempunyai pengalaman "dimudahkannya" kondisi ekonomi saat di bulan ramadhan, banyak orang ingin berbagi kebahagiaan, dengan memberi, mengundang orang lain untuk berbuka.

Maka sebagian orang bahkan terfikirkan, indah jika ramadhan bisa di perpanjang, ulama menangis, ketika ramadhan inngin pamit, bukan hanya karena ramadhan adalah bulan panen pahala, namun dia juga menjadi pemicu hadirnya perputaran ekonomi umat yang lebih kencang dan sangat besar.

Febomena ini memberi pelajaran, bahwa perputaran ekonomi jika ingin lebih kencang dan lebih besar, maka syaratanya adalah meningkatkan keimanan, karena orang-orang yang beriman itu akan dimudahkan kehidupannya, dalam berbagai sisi. ekonomi yang hanya mengedepankan materi dan angka-angka capaian sepertinya mulai ditinjau ulang. bisa jadi ekonomi dan bisnis dalam prespektif Islam tujuan dan syarat utamanya adalah keimanan. 

Dengan iman yang meningkat Allah yang akan memudahkan segala urusan, termasuk skripsi dan nilainya. yuk kita tingkatkan keimanan kita selama ramadhan, dan bisa tetap dipertahankan pasca ramadhan. AAmin.

Halal Life Style

http://suarajakarta.co/opini/halal-lifestyle/

Ekonomi Kampung (M-udik)

Oleh: Jaharuddin*
Indonesia mempunyai tradisi unik yaitu mudik, mendekati idul fitri.
Jutaan orang mudik dari kota ke desa, dari tempat merantau ke kampungnya masing-masing. Tradisi insidental ini juga melahirkan redistribusi peredaran uang. Data tahun 2015 tidak kurang 11,36 juta orang mudik, 15 T lebih dana mengalir dari daerah rantau ke kampung.
Tradisi budaya ini jangan dipandang hanya sebagai konsumtif, ini peluang distribusi dan investasi yang menjanjikan bagi kampung. Maka pemerintah daerah idealnya mensupervisi kampung-kampung daerah asal perantauan untuk menyiapkan paket-paket investasi di kampung asal yg bisa dimanfaatkan oleh para perantauan.
Dengan cara seperti ini, tradisi tahunan yang penuh makna ini, bisa meninggalkan bekas permanen bagi kampung-kampung asal. Apalagi para perantau punya ikatan mendalam dengan kampung asalnya masing-masing. Pepatah mengingatkan “setinggi-tingginya bangau terbang tetap kembali ke kubangan nya”
Paket-paket investasi dipilih yang mempunyai multiplier effect yang besar, dengan seperti itu dampaknya besar, saat yang sama menstimulasi perpindahan modal selanjutnya, bisa jadi kedepan tidak tahunan lagi, bisa jadi bulanan, artinya orang mudik setiap bulan , bahkan setiap saat, bukan hanya idul fitri.
Karena alasan investasi, koordinasi, konsolidasi, setiap anak rantau bisa pulang ke kampungnya. Keluarga yang di kampung merasa diperhatikan, ekonomi kampung tumbuh, migrasi ke kota bisa ditahan, dan secara bertahap, jutaan orang tidak tumplek saat menjelang idul fitri.
Dengan cara seperti itu, ekonomi kota dan kampung mengalir semakin kencang, mudik tidak tahunan, sebagian dampak negatif mudik bisa dikurangi, sebutlah tingginya angka kecelakaan lalu lintas, konsumerisme, termasuk terganggunya ibadah-ibadah utama di penghujung ramadhan.
Pemerintah daerah menyiapkan infrastruktur yang memadai untuk memudahkan, seperti menghidupkan bandara-bandara perintis, melakukan lobi dengan maskapai untuk membuka rute, dari kecamatan ke kota besar, insentif pajak, dll.

Juga dimulai dari satu kawasan yang diduga sangat potensial untuk menjadi percontohan, akhirnya mobilisasi modal dan manusia suatu hari mudah dan lancar, antara kampung dan tempatnya merantau.
Selamat merencanakan mudik, selamat melepaskan rindu, ..
*selamat investasi*
Kalau sudah sampai di kampung halaman.. Jangan lupa sudah di halaman berapa..
Bagi yang belum punya kampung, atau tidak mudik, tetap ceria, selamat liburan..

*Dosen FEB UMJ
http://suarajakarta.co/opini/ekonomi-kampung-m-udik/

Tulisan Popular Wakaf, Ekonomi dan Bisnis

  110 halaman, Kertas Bookpaper, Ukuran 14,8 cm x 21 cm,   ISBN 978-623-6121-22-1.  Penerbit : Pustaka Learning Center, Malang, Februari 202...