Senin, 15 September 2008

Indikator Kesejahteraan Dalam Al-Qur’an


Dalam suatu diskusi di kelas, tentang peranan zakat dalam mensejahterakan masyarakat dan keadilan sosial, muncul pertanyaan dari mahasiswa tentang indikator sejahtera menurut Islam. Karena kalau yang menjadi indikator sejahtera adalah indikator ekonomi konvensional , seperti masyarakat sejahtera secara materi,maka bisa jadi bukan hanya itu indikator sejahtera menurut Islam. Dalam kenyataan sehari-hari kita lazim melihat ada seorang yang kaya secara materi (rumah mewah, mobil mewah, jabatan tinggi,istri cantik, dll), dalam sudut pandang sejahtera ekonomi konvensional, ini sudah kategori kaya (makmur), melebihi rata-rata. Namun bisa jadi hatinya gelisah, rumah tangganya berantakan, anak-anak kena narkoba,dll, apakah ini sejahtera? Dengan demikian perlu di definisikan apa indikator sejahtera menurut Islam.

Indikator sejahtera menurut Islam merujuk kepada Al Qur’an surat Al Quraisy (106):3 – 4, yaitu :

“Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini (Ka’bah) (106:3)”
Yang telah memberikan makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa takut (106:4)”

Dari ayat di atas dapat dilihat bahwa indikator kesejahteraan dalam Al qur’an ada tiga, yaitu :
1. Menyembah Tuhan (pemilik) Ka’bah
2. Menghilangkan lapar
3. Menghilangkan rasa takut

Lebih lanjut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Menyembah Tuhan (Pemilik) Ka’bah
Indikator sejahtera yang pertama dan paling utama di dalam Al-Qur’an adalah “menyembah tuhan (pemilik) rumah (Ka’bah)”, mengandung makna bahwa proses mensejahterakan masyarakat tersebut didahului dengan pembangunan Tauhid, sehingga sebelum masyarakat sejahtera secara fisik, maka terlebih dahulu dan yang paling utama adalah masyarakat benar-benar menjadikan Allah sebagai pelindung, pengayom dan menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada sang khalik. Semua aktivitas kehidupan masyarakat terbingkai dalam aktivitas ibadah.
2. Menghilangkan lapar
Mengandung makna bahwa , QS Al-Quraisy (106):4, diawali dengan penegasan kembali tentant Tauhid bahwa yang memberi makan kepada orang yang lapar tersebut adalah Allah, jadi ditegaskan bahwa rizki berasal dari Allah bekerja merupakan sarana untuk mendapatkan rizki dari Allah. Kemudian diayat ini juga disebutkan bahwa rizki yang bersumber dari Allah tersebut untuk menghilangkan lapar. Perlu digaris bawahi bahwa rizki tersebut adalah untuk menghilangkan lapar. Mempunyai makna bahwa rizki yang diberikan Allah kepada setiap ummatnya bukan untuk ditumpuk-tumpuk, ditimbun, apalagi dikuasai oleh individu, kelompok atau orang-orang tertentu saja. Ini juga bermakna secukupnya saja sesuai dengan kebutuhan menghilangkan lapar bukan kekenyangan, apalagi berlebih-lebihan.
3. Menghilangkan rasa takut
Membuat suasana menjadi aman, nyaman dan tentram bagian dari indikator sejahtera atau tidaknya suatu masyarakat. Jika perampokan, perkosaan, bunuh diri, dan kasus kriminalitas tinggi, maka mengindikasikan bahwa masyarakat tersebut belum sejahtera. Dengan demikian pembentukan pribadi-pribadi yang sholeh dan membuat sistim yang menjaga kesholehan setiap orang bisa terjaga merupakan bagian integral dari proses mensejahterakan masyarakat.

Indah sekali Al-Qur’an mendefinisikan tentang kesejahteraan, kesejahteraaan dimulai dari kesejahteraan individu-individu yang mempunyai tauhid yang kuat, kemudian tercukupi kebutuhan dasarnya dan tidak berlebih-lebihan, sehingga suasana menjadi aman , nyaman dan tentram.

Semoga tulisan singkat ini menjadi stimulant yang lain, untuk mengkaji konsep sejahtera ini lebih komprehensif, seperti indikator sejahtera dalam hadist, dan contoh-contoh aktivitas pembangunan dalam rangka mencapai kesejahteraan menurut Islam. Wallahu’ alam….

14 ramadhan 1429H
Jaharuddin
Mahasiswa Islamic Economics and FinanceTrisakti International Business School

Tidak ada komentar:

Tulisan Popular Wakaf, Ekonomi dan Bisnis

  110 halaman, Kertas Bookpaper, Ukuran 14,8 cm x 21 cm,   ISBN 978-623-6121-22-1.  Penerbit : Pustaka Learning Center, Malang, Februari 202...