Sabtu, 21 Februari 2009

Anak buah dan sukses dalam bisnis


Memilih anak buah (karyawan) dan sukses entrepreneur

Banyak orang yang masih kurang care atau menganggap sepele dalam
merekrut anak buah atau staff ketika memulai usaha. Yang penting asal mau diajak bergabung dan mau dibayar murah, namun kurang melihat
bagaimana kemampuan anak buah itu untuk diajak berlari memajukan
bisnis. Artinya yang dilihat hanya 'harganya' sekarang (present value yang bisa dibayar murah, disisi lain kurang memperhatikan nilai masa depannya (future value).

Padahal kualitas anak buah (pada SDM kita) itu sangat menentukan.
Maklum seorang entrepreneur tak mungkin melakukan semuanya sendiri.
Tangan dia hanya dua, kaki juga dua, dan indra pikir (otak) dia juga
hanya satu. Sehebat apapun seorang entrepreneur dia pasti punya
keterbatasan karena itu butuh orang-orang lain di sekitarnya yang bisa
ia delegasikan tugas dengan kualitas hasil yang kurang lebih sama
bagus dibanding kalau ia sendiri yang melakukannya. Syukur-syukur
kalau bisa mengerjakan lebih bagus daripada ia sendiri yang melakukan.

Sejauh yang saya tahu, entrepreneur besar yang kemudian sukses
melahirkan perusahaan2 besar, juga didukung oleh para anak buah yang
hebat yang mampu menerjemahkan keinginan owner, mampu bekerjasama,
loyal, dan mau mencari ide-ide terobosan bisnis tanpa diomelin si
owner sekalipun. Mari kita bercermin dari kasus Astra. Kenapa Astra?
Bagaimanapun Astra adalah salah satu perusahaan terbesar dan tersukses
di Indonesia, dan juga menerapkan sistem manajerial yang oleh para
ahli disebut-sebut sebagai yang terbaik di Indonesia.

Astra bisa besar dan menggurita seperti sekarang tak lepas dari
perintisnya, yakni om William Suryajaya. Beliau adalah pendiri Astra
yang awalnya bisnisnya juga trading, mensuplai kebutuhan beberapa
instansi, sebelum menjadi raja otomotif. Banyak orang yang tak tahu
kalau kalau Astra besar juga karena Om William punya beberapa anak
buah yang hebat saat perintisan yang notabene adalah beberapa
keponakannya sendiri. Sebut saja Pak TP Rachmat dan Pak Teddy Tohir --
masih ada beberapa yang lain.

Mereka ini sudah ikut Om William dari jaman susahnya dulu. Tapi mereka
inilah anak buah yang berbakat yang memberikan kontribusi besar kepada
si owner (entrepreneur) . Selain bekerja keras, juga capable dan punya
visi. Terbukti Astra kemudian besar dan para anak buah itu kemudian
juga mandiri menjadi enterpreneur yang sukses. Tedy Thohir kemudian
sukses mendirikan bisnis sendiri Group Wahana (dealership dan
financing untuk sepeda motor) -- Wom Finance. Sekarang bisnis dia
sudah diteruskan anak-anaknya (Garibaldi Tohir dan Erick Tohir). TP
Rachmat juga demikian. Orang ini, setelah lama menjadi Presdir Group
Astra setelah era Om William, ia juga mendirikan usaha sendiri,
Triputra Group yang kini juga menjadi salah satu kelompok usaha besar
di Indonesia. Saya kira orang Astra pasti mengakui Astra bisa besar
salah satunya karena andil TP Rachmat, karena orang inilah yang
membangun sistem di Astra. Dai juga cukup lama menjadi presdir Astra
sebelum kahirnya mengundurkan diri.

Bagi para pemula bisnis, memang tidak mudah meniru langkah Om William,
mencari anak-anak buah dari keluarga dekat yang hebat dan masih mau
dibayar murah saat merintis bisnis. Yang penting saya kira
semangatnya, cari anak buah terbaik sejauh yang bisa dilakukan. Jangan
asal comot. Bagaimanapun kemajuan bisnis amat ditentukan SDM-nya.
Kebetulan saya pernah tanya ke Pak TP Rachmat, apa rahasia beliau
membesarkan Astra dan juga bisnis sendiri, jawabnya, ialah SDM. Punya
tim yang hebat. Beliau kalau mau masuk di bisnis baru bukan bidangnya
dulu yang dicari, namun orangnya dulu. Ada nggak orang yang siap
beliau tempatkan sebagai CEO, GM, sbg. Beliau orang yang sangat
concern dengan man management atau people management dan inilah salah
satu pilar terpenting dalam bisnis. Kata beliau "kalau kita punya tim
atau anak buah yang bagus sudah seperti Rinso, bisa mencuci sendiri".

Saya juga tahu banyak soal Astra dari relasi saya Pak Harijanto,
beliau mantan tim-nya Pak TP Rachmat di Astra yang kemudian juga
sukses menjadi entrepreneur. Pak Harijanto, pengusaha sepatu yang kini
punya 9.000-an karyawan, juga menerapkan man management ala Astra di
perusahaannya. Dari mulai cara rekruitmen hingga bagaimana mengelola
anak buah (soal upah dll). Makanya di perusahaan Pak Harijanto ini
cukup harmonis meski pekerjanya ribuan orang. Beliau masih bisa nyanyi
bersama dan dangdutan bersama karyawannya atau makan bersama di kantin
perusahaan. Ini nggak gampang lho, apalagi saat ini banyak pemilik
perusahaan yang datang ke pabriknya sendiri takut. Takut didemo, takut
dikeroyok, takut dilempari kerikil, dll, karena soal upah dan sistem
ketenagakerjaan yang kurang baik. Makanya ada beberapa pabrik yang
dibakar atau disandera oleh karyawannya sendiri. Tragis. Mungkin
pemiliknya menangis juga kenapa dia yang punya perusahaan tapi mau
masuk pabriknya sendiri tak boleh. Tapi itu bisa jadi itu tuah dari
ulahnya sendiri, karena tidak menerapkan man/people management yang
baik, adil dan transparan.

Ada baiknya belajar dari Astra dan juga perusahaan yang menerapkan man
managemen dengan baik lainnya. Carilah anak buah yang baik, potensial
dan berbakat, lalu pertahankan dia dengan man management yang baik
(penggajian, training, dll). Semoga upaya perintisan bisnis
kawan-kawan semua sukses sesuai harapan.

Salam sukses dan sejahtera
"darmaactivation" dari milis: PSTTI_PPS_UI

Tidak ada komentar:

Tulisan Popular Wakaf, Ekonomi dan Bisnis

  110 halaman, Kertas Bookpaper, Ukuran 14,8 cm x 21 cm,   ISBN 978-623-6121-22-1.  Penerbit : Pustaka Learning Center, Malang, Februari 202...