Selasa, 05 Mei 2009

Sang "Pencuri" bernama Inflasi


Oleh: Jaharuddin

Relakah anda jika pendapatan anda dicuri?, tentu saja tidak, namun jika di curi oleh Inflasi, apa yang anda bisa lakukan. Inflasi telah menyebabkan setiap orang kehilangan 5 – 10% pendapatannya pertahun. Ini bermakna jika tahun 2008 yang lalu anda mempunyai pendapatan Rp. 1.000.000,-, jika di asumsikan inflasi sebesar 7,5%, maka anda telah kecurian/kehilangan nilai riil uang tersebut pada tahun ini sebesar Rp. 75.000,-. Ini berarti nilai riil uang anda yang tahun lalu sebesar Rp. 1.000.000,- sekarang hanya bernilai Rp. 925.000,-. Lho kok bisa, inilah realitas yang kita hadapi. Rata-rata pendapatan kita menurun setiap bulannya sebesar inflasi yang terjadi. Sebenarnya tidak banyak yang rela, namun kebanyakan masyarakat tidak bisa berbuat apa-apa, sudah menjadi sesuatu yang alamiah dan kita terima saja.

Kondisi ini juga bermakna, jika kenaikan pendapatan anda dibawah angka inflasi maka secara riil kesejahteraan anda pada tahun ini sesungguhnya menurun, jika kenaikan pendapatan anda sama dengan angka inflasi, bermakna kesejahteraan anda sama dengan tahun lalu, baru jika pendapatan anda lebih tinggi dari angka inflasi, maka kesejahteraan anda baru meningkat. Dan masih banyak implikasi lainnya, akibat inflasi perusahaan-perusahaan harus menaikkan pendapatan karyawannya agar kesejahteraannya tetap atau meningkat. Bagi saudara-saudara yang bekerja di perusahaan/instansi tertentu biasanya ada living cost adjustment setiap tahunnya, pendapatan disesuaikan dengan tingkat inflasi yang terjadi, namun bagi kebanyakan orang, menerima pasrah saja.

Inflasi tersebut ibarat api, kecil jadi teman, tapi kalau besar bisa membakar dan jadi petaka, coba anda bayangkan jika inflasi mencapai puluhan bahkan ratusan persen, apa yang terjadi dengan uang anda, uang anda tidak akan ada gunanya, uang akan menjadi kertas yang tidak mempunyai daya beli. Bahkan Ronald Reagen sebagaimana dikutip oleh The Economist (22/5/2008) pernah menyebut inflasi dengan sebutan kejam, perampok, menakutkan, perampok bersenjata, mematikan, dan pembunuh bayaran. Kenapa ini dibiarkan?

Dalam ekonomi kapitalis, perlakuan terhadap inflasi hanya berusaha untuk menjaga api tersebut tetap kecil/biasa, standar umum yang digunakan adalah : inflasi dianggap biasa jika 0 – 10%, dianggap sedang jika 11 – 30%, dianggap berat jika 31 – 100%, dan dianggap hipper inflation jika 101 – tak terhingga. Ada kecendrungan pada ekonomi kapitalis inflasi dipelihara, karena menguntungkan orang yang mempunyai pendapatan besar yaitu para pemilik modal yang menjadi produsen barang-barang yang di konsumsi masyarakat, dengan adanya inflasi maka ada legitimasi untuk menaikkan harga pada setiap tahunnya, atau disesuaikan dengan kondisi ekonomi yang sedang terjadi, artinya harga produk akan selalu dinaikkan, dengan berbagai alasan pembenaran, nah anda bisa melihat kenapa inflasi dipelihara, karena merupakan salah satu instrument legitimasi kenaikan harga oleh produsen. dalam ekonomi Islam api tersebut seharusnya dipadamkan. bisakah?

Penyebab Inflasi
Untuk memadamkan api tersebut, perlu diketahui dahulu, faktor-faktor pembentuk inflasi. Dalam penelitian ascarya (2009), tentang the determinants of inflation under dual monetary system in Indonesia, diketahui bahwa 54,7% penyumbang inflasi di Indonesia adalah suku bunga, 23,4% penyumbang inflasi adalah exchange rate, ini bermakna bahwa jika anda ingin menghilangkan pencuri kekayaan anda yang diberi nama Inflasi, maka mulai saat ini jauhilah bunga, dan jangan menjadikan mata uang sebagai barang dagangan. Namun bukan berarti anda tidak diperbolehkan mengunakan mata uang negara lain untuk bertransaksi, jika anda sedang berada di negara lain, yang seperti ini di perbolehkan, yang dilarang adalah mengunakan mata uang sebagai barang dagangan. Mata uang dijadikan alat untuk mencari keuntungan.

Dalam jangka menengah semua orang seharusnya peduli dalam upaya-upaya memperbesar size perbankan syariah, dan ekonomi syariah umumnya. Jika suatu hari transaksi perbankan sudah tidak di dasari dengan bunga, maka secara otomatis inflasi bisa di padamkan, karena perbankan syariah mendasari operasionalnya dengan bagi hasil, dan perbankan syariah tidak diperbolehkan melakukan perdagangan exchange rate. Wallahu’ alam....semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Tulisan Popular Wakaf, Ekonomi dan Bisnis

  110 halaman, Kertas Bookpaper, Ukuran 14,8 cm x 21 cm,   ISBN 978-623-6121-22-1.  Penerbit : Pustaka Learning Center, Malang, Februari 202...