Rabu, 27 Agustus 2008
Ir. Adiwarman Azwar Karim, SE, MBA,MSc
Adiwarman Azwar Karim, konsultan bisnis & finansial ,mantan wakil direktur BMI.
Lahir di Jakarta, 29 Juni l963. Ayahnya berasal dari
Padang, daerah yang banyak menghasilkan ulama-ulama
terkenal. Semula ayahnya seorang jaksa, tapi kemudian
mengundurkan diri dan lebih memilih menjadi pengacara.
Adi lahir empat bersaudara, semuanya laki-laki dan
sarjana hukum, kecuali Adi sendiri yang `menyimpang'
menjadi sarjana ekonomi.
Sejak kecil ia sudah dikenalkan dengan pendidikan
agama. Tetapi ketika remaja, Adi sempat terseret
pergaulan anak-anak ibukota. Ia lebih senang hura-hura
dan disko ketimbang belajar atau ngaji. "Koleksi kaset
dan piringan hitamnya masih saya simpan sampai
sekarang," katanya. Beruntung otaknya encer, sehingga
bisa melewati jenjang sekolah menengah dengan cukup
baik.
Tetapi sikap suka hura-huranya tetap melekat hingga ia
kuliah di IPB Bogor jurusan Ekonomi Pertanian.
Akibatnya, nilainya jeblok. Sadar dengan itu, ia
berusaha melepaskan diri dari pergaulan teman-temannya
yang tak terkontrol. Caranya, ia mengambil kuliah lagi
di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI).
"Dengan begitu saya punya alasan untuk menolak kalau
diajak kawan-kawan pesta," tuturnya.
Apalagi ayahnya kemudian jatuh sakit terserang kanker
hingga meninggal dunia tahun 1985. Peristiwa itu
mengingatkan Adi untuk lebih dekat lagi kepada yang
Kuasa. Dan memang Adi akhirnya lebih intens mengkaji
Islam. Ia nyantri di pesantren tasawuf Al Ihya' di
Bogor. "Dulu ke mana-mana pakai jubah," katanya
menggambarkan keberagamaannya saat itu.
Lulus dari IPB tahun l986, kemudian melanjutkan ke
European University, Belgia, untuk mengambil gelar
MBA. Uniknya, kuliahnya di UI diselesaikan setelah
setahun ia meraih MBA. Belum puas dengan ilmu yang
telah diraih, tahun l992 Adi mengambil master di
Boston University, Amerika Serikat atas beasiswa
USAID. Thesis masternya tentang Bank Islam di Iran.
Laki-laki yang hobi membaca buku dan memelihara ayam
ini mengaku, dulu ketika berniat mendalami ekonomi
Islam ia tak pernah mempertimbangkkan bahwa ilmu yang
ditekuni itu bisa memberinya masa depan yang baik.
Apalagi rezim Soeharto saat itu lagi gencar-gencarnya
memberangus Islam. "Jaman itu kita (ummat Islam) lagi
dioyak-oyak," kata Adi menggambarkan situsi saat itu.
Tapi jaman berubah. "Kalau sekarang sih
hitung-hitungannya, kalau saya tidak menggeluti
ekonomi Islam, saya tidak sengetop ini he.. he.. benar
nggak? Namun satu hal yang diyakini pria yang tidak
merokok ini, sesuatu kalau ditekuni secara serius kita
akan jadi jagoan. "Begitu sunnatullahnya," tegasnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tulisan Popular Wakaf, Ekonomi dan Bisnis
110 halaman, Kertas Bookpaper, Ukuran 14,8 cm x 21 cm, ISBN 978-623-6121-22-1. Penerbit : Pustaka Learning Center, Malang, Februari 202...
-
Oleh: Endang Setyowati, Kurniawan Fahmi, Rachmadewi Sjahesti (Mahasiswa IEF Trisakti, Angkatan 3) Bagian 1 PENDAHULUAN Krisis di sektor keua...
-
Assalam…pak , saya dapat nomor bapak dari internet, saya mahasiswa semester 6 jurusan ekonomi Islam di UNSIL Tasikmalaya, sebentar lagi akan...
-
Biodata Dilahirkan di Palopo, Sulawesi Selatan Pendidikan: SD – SMA di Palopo, Sulawesi Selatan, Institut Pertanian Bogor (IPB), 1 tahun , ...
3 komentar:
subhanallah,ternyata seorang adiwarman punya pengalaman kelam juga ya, tetapi aku ingin dapat tentang artikel ekonomi islamnya ya, yang lebih kontemporer lagi dari adiwarman plus alamat blognya addiwarman punya ga?klo punya kirim ke e-mailku ya
Pak Adiwarman salah seorang cendikiawan Islam yang sangat kompeten dalam bidang ekonomi syariah. Ia juga menjadi salah seorang Dewan Pengawas Syariah di perusahaan kami yaitu PT. UFO BKB Syariah..terima kasih Pak sudah menjadi teladan bagi perusahaan kami..sukses buat Bapak...
Adiwarman Azwar Karim, konsultan bisnis & finansial ,mantan wakil direktur BMI, sangat menginspirasi sy dalam mempelajari bisnis syariah
Posting Komentar